Mastering audio, suatu bentuk audio pasca produksi, adalah merupakan suatu proses penyusunan dan atau transfer audio (yang direkam dalam suatu perangkat penyimpanan audio dan berisi hasil fix-mixing audio) ke dalam suatu perangkat penyimpanan data (file), hasil mastering audio inilah yang nantinya merupakan bahan dasar untuk sebuah produksi audio (audio production). Adapun proses mastering audio ini biasanya merupakan kombinasi dari beberapa proses semacam compressing, limiting, duplication dan levelling. Dewasa
ini -seiring dengan kemajuan tehnologi- format mastering audio lebih
cenderung mempergunakan format digital-mastering, walaupun beberapa
kalangan masih tetap mempertahankan format analog-mastering.
Dalam rangka membuat proses
determinasi, maka dalam suatu proses mastering sangat membutuhkan suatu
'pendengaran' yang kritis dan tidak akan dapat tercapai tanpa adanya
seorang Mastering Engineer. Meskipun terdapat berbagai macam software mastering
yang dapat membantu kita dalam menyelesaikan proses mastering itu
sendiri, tetapi hasil akhirnya masih bergantung kepada kualitas monitor-speaker. Disamping
itu seorang mastering engineer wajib melakukan proses pemerataan,
perbaikan dinamisasi audio dan lain-lain, agar hasil daripada proses
mastering audio ini dapat diperdengarkan di berbagai sistem pemutar
audio dengan baik (dengan kata lain dapat didengar secara baik di berbagai macam alat pemutar audio).
Teknologi Digital
Sejak
sekitar tahun 1990-an, segala proses elektro mekanis, sebagian besar
telah digantikan dengan proses tehnologi-digital, mulai dari proses
recording secara digital yang tersimpan dalam bentuk HDD atau Digital
Tape dan dipindahkan ke dalam Cakram Digital (CD). Proses digital audio
workstation (DAW) menjadi suatu hal yang umum dalam proses mastering,
karena memungkinkan untuk memanipulasi line-off audio yang direkam dalam
suatu graphical user interface (GUI).
Meskipun proses digital-mastering ini telah banyak digunakan, namun pada kenyataannya proses analog -mastering (dengan mempergunakan alat-alat analog) pun
masih tetap dipertahankan dalam rangka menyelesaikan proses mastering
audio ini. Masih sering pula terjadi perdebatan mengenai kelebihan dan
kekurang proses digital-mastering ini, utamanya diperbandingkan dengan
hasil proses analog-mastering. Perdebatan ini biasanya berkisar pada
proses pengolahan sinyal audio (pengolahan sinyal analog versus pengolahan sinyal digital). Namun perdebatan ini tidak menampik proses digital dalam rangka penyimpanan audio hasil mastering.
Di dalam proses mastering ini tidak mengenal apa yang disebut dengan "optimum mix level for mastering", meskipun demikian para mastering-engineer sepakat bahwa -3 dB sampai -6 dB headroom (pada saat mixing audio) adalah
merupakan syarat mutlak untuk dapat menghasilkan mastering-audio yang
baik, sehingga pada akhir proses mastering dapat menghasilkan rata-rata
level antara -12 dBFS sampai -10 dBFS pada sisi kiri dan atau kanan.
Digital Mastering
Proses
mastering audio ini selalu didahului dengan suatu proses mixing-audio
yang bertujuan mengedit, cutting, meratakan, panning dari berbagai
instrument musik (termasuk vokal) yang telah selesai direkam.
Setelah selesai proses fix-mixing, barulah menginjak tahap mastering
audio, yang dalam tulisan ini lebih menekankan pada proses
digital-mastering.
Dalam proses digital-mastering ini banyak metode yang berkembang dan dipergunakan oleh para mastering engineer, diantaranya adalah tehnik mastering dengan Wave-Lab, mastering dengan T-Rack, Har Ball mastering tehnik dan AMT mastering.
Untuk penjelasan lebih lanjut silahkan anda meng-klik masing-masing tehnik tersebut di atas.
Dalam proses digital-mastering ini banyak metode yang berkembang dan dipergunakan oleh para mastering engineer, diantaranya adalah tehnik mastering dengan Wave-Lab, mastering dengan T-Rack, Har Ball mastering tehnik dan AMT mastering.
Untuk penjelasan lebih lanjut silahkan anda meng-klik masing-masing tehnik tersebut di atas.